Indahnya Merajut Ukhuwah Islamiyah
Pagi yang cerah. Udara yang sejuk. Bening
embun di dedaunan yang mengkristal bagai permata tersepuh cahaya matahari
dipelataran rumah. Sesekali ku rasakan kesegaran udara pagi ini. Perlahan
matahari mulai nampak dari ufuk timur. Sinarnya yang menghangatkan seluruh
penduduk bumi. Aku yang baru saja selesai membantu Ummi memasak untuk persiapan
jualan di Sekolah Dasar yang jaraknya tidak jauh dari tempat dimana aku dan
keluargaku tinggal. Lalu segera ku langkahkan kedua kaki ku menuju kamar untuk menata
diri dan siap-siap berangkat ke Kampus. Jarum jam dinding yang berada dikamarku sudah
menunjukkan pukul 06.15 WIB. Setelah siap, kemudian aku pamit kepada
Ummi.
“Ummi Ainut pamit yah.. Assalamu’alaikum..”
Sambil salaman.
“Iyah hati-hati.. Wa’alaikumussalaam..”
Ujar Ummi kepadaku.
“Iyah Ummi..” Aku tersenyum pada Ummi sambil
berlalu dari hadapan Ummi.
Hari ini aku diantar oleh adik lelakiku
dengan kendaraan roda dua. Aku diantar sampai Bunderan Simpang Cilegon. Kemudian
sesampainya di sana aku langsung menyebrangi jalan menuju trotoar sambil
menunggu angkutan umum berwarna biru muda arah Ciceri Kota Serang. Tak lama
kemudian angkutan umum pun berhenti pas dihadapanku. Lalu aku memasuki angkutan
umum tersebut dan ku lihat belum ada satupun penumpang. Setelah itu aku duduk
dekat pintu sebelah kanan dari arah masuk.
“Punten, Mang ke Ciceri?” Tanyaku pada
sopir sebelum masuk.
“Iyah Neng masuk.” Jawab sopir.
Kini angkutan umum pun mulai terisi oleh
penumpang yang menunggu disetiap pinggiran jalan. Namun, aku hiraukan begitu
saja. Segera aku alihkan pandanganku pada jalan raya yang ramai akan kendaraan,
memperhatikan orang-orang berlalu lalang sibuk dengan aktivitas dan tujuannya
masing-masing. Kemudian di pertengahan jalan rasa kantuk mulai menghinggapku.
Sesekali aku menutup mataku untuk sedikit mengurangi rasa kantuk ini. Setelah
itu perlahan ku buka kembali mataku dan ternyata sebentar lagi sampai. Para
penumpang pun mulai berkurang.
“Lah? Aku penumpang pertama dan terakhir.”
Lirihku dalam benak hati.
“Sampai
disini saja yah Neng!” Sahut sopir kepadaku.
“Di dekat lampu merah sih Mang.” Pintaku.
“Mau langsung puter balik lagi. Ngga papah
yah..” Jawabnya.
“Hmmm.. yah sudah tidak apa-apa. Terima
kasih Mang..” Ujarku.
Sebenarnya perkuliahan sedang libur.
Meskipun begitu aku harus tetap semangat selama aku mampu untuk bisa sampai
kesana. Aku yang baru saja turun dari angkutan umum. Lalu menyebrangi jalan.
Lalu berjalan dengan gontai ke arah Kampus. Sesekali ku lihat jam yang tertera
dalam ponselku. Aku ke Kampus dalam Acara Rihlah yang di adakan oleh UKM LDK
Ummul Fikroh. Bahwa kami akan mengunjungi sebuah perkampungan. Sebelum itu,
kami berkumpul terlebih dahulu di Halte depan Kampus IAIN “Sultan Maulana
Hasanuddin” Banten. Sesampainya di Halte ternyata baru beberapa orang saja yang
sudah tiba. Lalu aku memberi salam kepada mereka. Kemudian kami saling berjabat
tangan dan cipika cipiki.
“Assalaamu’alaikum..” Sahutku pada mereka.
“Wa’alaikumussalaam..” Jawab mereka sambil
tersenyum padaku.
“Teh Ainut..” Sambung salah seorang
temanku.
Di depan Halte sudah ada angkutan umum
berwarna hitam yang siap kami tumpangi. Setelah semuanya berkumpul kami pun
siap-siap berangkat. Bahwa kami akan Rihlah mengunjungi Kampung Domba Cinyurup
Pandeglang.
“Ayoo.. masuk mobil! Sudah mau berangkat
nih..” Pinta Ibu Kader.
Kami pun memasuki mobil tersebut.
Masing-masing dari mereka saling mengambil posisi duduk yang paling nyaman.
Begitu pun halnya denganku. Aku duduk di posisi paling pojok. Entahlah! Kenapa
aku ingin sekali duduk disana. Karena bagiku posisi itu paling nyaman. Selain
bisa untuk bersandar juga bisa melihat semua teman-teman dalam satu mobil.
Beberapa dari mereka malah saling berebut ingin duduk dekat pintu. Aku hanya
bisa tersenyum melihat tingkah mereka. Selalu ada-ada saja. Namun, kami sudah
seperti layaknya satu keluarga.
“Aku disinilah!” Ujar salah seorang
temanku.
“Diihh.. sayanya dimana?” Jawab yang lain.
“Saya mah mau disini aja deket pintu. Biar
adem kena angin.” Tegasnya.
“Dimana aja sayang semuanya sama, sama-sama
duduk.” Sambungku.
“Hehe.. maunya deket pintu didalam mah
panas.” Sahutnya.
“Didalam juga adem kok, dibuka aja
jendelanya.” Jawabku.
Setelah semuanya sudah mendapatkan posisi
duduk. Sopir kami segera melaju mengendarai mobilnya. Sebelum itu kami berdo’a
terlebih dahulu. Supaya Allah selalu melindungi kami. Tiada tempat perlindungan
yang lebih baik selain perlindungan Allah Swt. Maka dari itu berdo’alah memohon
kepada-Nya. Niscaya Allah akan kabulkan. Insya Allah!
Tiba-tiba di seperempat perjalanan ada
salah seorang teman kami yang mengingatkan bahwa ada satu teman kami yang
menunggu di pinggiran jalan.
“Afwan, Ukh Yayah tolong smsin Ukhti Puput
dong.” Pinta Rahmayanti.
“Mana nomornya?” Jawab Ukhti Yayah.
“Sebenarnya tadi juga udah Ainut sms. Tapi
belum ada balesan Rahma sayang.” Sambungku pada Rahma.
“Iyah tah sayang? Hehe..” Ujar Rahma.
“Mau sms apa Rahmanya? Yaudah coba Ainut
sms lagi yah..” Kataku.
“Itu Ukh, jadi apa ngga nunggu di dekat
jalannya gitu.” Pinta Rahma padaku.
Ternyata pas Aku mau kirim sms tidak ada
jaringan. Akhirnya, Aku pinta Ukhti Yayah untuk menghubunginya. Tak lama
kemudian ada balasan. Bahwa Ukhti Puput menunggu di Polres Baros. Sampailah
kami di Polres Baros. Lalu Ukhti Puput pun gabung bersama kami dalam satu
mobil.
“Mang tolong, nanti berhenti sebentar ada
teman kami yang menunggu disana di Polres Baros.” Pintaku pada Mamang sopir.
“Iyah Mang..” Sambung yang lain.
Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan kami
yang tertunda. Aku begitu menikmati perjalanan ini. Udara yang segar. Dan
sesekali aku melihat keadaan di setiap sisi jalan melalui jendela mobil yang ku
buka. Tak terasa kami pun telah sampai. Tapi bukan di tempat yang kami tuju.
Untuk bisa sampai kesana kami harus berjalan. Karena mobilnya sangat tidak
memungkinkan naik ke atas. Saat kami turun ada seorang Ibu yang menyapa.
“Mau kemana Neng?” Tanya seorang Ibu yang
sambil menggendong anaknya.
“Ke Kampung Domba Ibu..” Jawab salah
seorang diantara kami.
“Oh.. iyah masih ke atas Neng. Masih jauh,
lumayan. Naik ke atas sana.” Sambil menunjukkan arah jalannya.
“Iyah Ibu.. terima kasih.” Sahutku.
Dalam perkiraanku perjalanannya tidak akan
seperti ini. Ternyata perjalanan yang sangat luar biasa. Membutuhkan tenaga
ekstra. Kami mulai menapaki jalan. Selama di perjalanan kami berfoto, duduk
istirahat, dan berbagaimacam lainnya.
Tiba-tiba saja rasa lelah pun mulai menghampiriku.
Kaki seperti ingin patah. Tubuh hampir tergulai lemas tanpa daya. Sesekali Aku menghela
nafas berat. Setidaknya itulah yang tengah aku rasakan. Sejenak ku hentikan
derap langkah kaki ku. Sudah setengah perjalanan aku berjalan. Ku coba atur
setiap hembusan nafasku yang terengah-engah. Hampir saja aku ingin menyerah. Namun,
terbesit api semangatku bahwa aku tak boleh lakukan itu. Ku yakinkan diri harus
bisa.
“Aku harus bisa sampai kesana. Ya Allah..
kuatkanlah daya tahan tubuhku. Aku yakin diatas sana ada hadiah terindah
untukku. Insya Allah..” Ucapku lirih dalam hati.
Kemudian aku mendapati dua arah jalan. Di
sana terdapat papan petunjuk. Kutemukan salah satu nama yang tertera ‘Kampung
Ternak Domba’. Mungkin itu, pikirku. Lalu aku memilih jalan sebelah kiri.
Tanjakannya yang terjal. Dipinggiran jalan terdapat slogan yang menempel pada pohon
‘Ahlan wasahlan di Kampung Domba’. Ketika saat pertama aku sampai diatas merasakan
ada desiran udara sejuk. Sebelum itu aku duduk pada bangku yang berada dibawah
pohon milik penduduk yang berada disitu.
“Alhamdulillah.. akhirnya sampai juga.
Dan.. SubhanaAllah.. pemandangan yang menenangkan bagi siapa saja yang
memandangnya. Sungguh luar biasa karya-Mu Ya Allah.”
Sejenak ku merenung. Seketika aku terhentak
oleh ayat yang tertera dalam surat cinta-Nya, Ar-Rahman. “Maka nikmat Tuhan
manakah yang kamu dustakan?”. Pembukaan Rihlah pun dimulai. Lalu kami
dibagi menjadi beberapa kelompok. Setelah itu kami di beri arahan oleh salah
seorang pemandu yang berada di peternakan domba. Kegiatan pertama yang kami
lakukan ialah mengangkut rumput dan mengumpulkannya menjadi satu di terpal yang
terhampar serta siap diisi lalu diangkut secara bersamaan.
Setelah selasai kami pun bersambung kepada
penalian tanaman cabai yang sudah ditanam. Penataan tanamanannya sangat rapih
dan terurus. Pemandu kami kembali menjelaskan bagaimana cara menali yang baik
dan benar. Kami melakukannya dengan senang hati. Seusainya menali, kami foto
bersama dan membuat video pendek.
“Ayoo.. kalau sudah selesai semuanya kumpul
dan berbaris diantara barisan tanaman cabai. Kita foto bersama dan membuat
video yah.” Sahut Ibu kader.
“Baiklah kalau begitu teh.” Ucap salah
seorang diantara kami.
“Nanti kalian bilang, Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.. kami dari LDK Ummul Fikroh mengucapkan selamat
datang di Kampung Domba. My trip my tafakkur. Allahu Akbar..” Sambung Ibu kader
kembali.
Seruan adzan dzuhur pun berkumandang.
Sejenak kami segera menghentikan aktivitas kami. Kini semuanya menunaikan
kewajiban sebagai muslim, mendirikan shalat. Aku yang sedang berhalangan tidak
shalat lalu duduk bersama Ukhti Syafiati Nurul Aini dan Ukhti Leli Saroh
menunggu mereka yang shalat. Setelah shalat kami makan siang bersama. Kemudian
kami diminta berkumpul di Aula tanpa atap yang berada disana untuk tilawah
bersama. Waktu yang disediakan yakni 15 menit.
“Kita kumpul di Aula yah! Kita tilawah
bersama untuk mengisi rohani kita.” Pinta Ibu Kader.
“Aula tanpa atap yah teh.” Sahutku sambil
tersenyum pada Ibu kader.
“Iyah di Aula tanpa atap hehe..” Ujarnya.
Lima belas menit pun berlalu. Kemudian kami
sambung pada kegiatan selanjutnya. Berkunjung ke kandang domba. Melihat
bagaimana keadaan disana. Setelah merasa cukup. Kami berkumpul untuk acara
penutupan Rihlah. Sebelum itu kami berfoto terlebih dahulu. Setelah selesai
acara penutupan kami segera siap-siap pulang.
Tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya.
Kami berteduh didepan rumah penduduk. Anginnya begitu kencang. Sehingga membuat
jilbabku tersingkap. Segera kurapihkan. Sesekali ku lihat keadaan disekitar
pohon jambu biji pun hampir roboh dan mobilan permainan yang ukurannya lumayan
besar bisa ditumpangi satu atau dua orang anak kecil terbawa angin.
“Allahumma shoyyiban naafi’an..” Ucapku
berdo’a ketika hujan turun.
Kami pun menunggu hujan reda. Setelah reda
segera kami menapaki jalan pulang. Tak lama kemudian seruan adzan ashar
berkumandang. Kami diminta untuk shalat terlebih dahulu. Aku dan Ukhti Eliyah
menunggu mereka yang shalat sambil duduk di dalam mobil umum yang sudah menanti
di pinggiran jalan.
“Alhamdulillah.. banyak hal dan pengetahuan
yang aku dapatkan di Kampung Domba ini. Selain pemandangan dan udaranya yang
mendamaikan. Acara Rihlah kali ini menyenangkan. Betapa indahnya merajut tali
persaudaraan. Aku berharap pada Allah semata. Semoga Allah mempersatukan kita
dalam bingkai Ukhuwah Islamiyah. Reuni bersama di surga-Nya Allah. Aamiin
Allahumma Aamiin.” Ucap rasa syukurku dan harapanku.
Akhirnya kami semua sudah berkumpul dan
memasuki mobil umum siap kembali kerumah.
Tamat
Namaku Ainut Tazkiyah. Aku duduk dibangku
kuliah IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten. Fakultas Ushuluddin, dakwah dan
adab. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islami. Memasuki semester dua. Insya
Allah.
Cilegon,
02 Februari 2016
Annur
Qolbiie
0 komentar:
Posting Komentar