Selasa, 22 Maret 2016

Pemenang Lomba Cerpen "Rihlah di Kampung Domba, Pandeglang" (Ainut Tazkiyah- BKI/II)



Indahnya Merajut Ukhuwah Islamiyah

Pagi yang cerah. Udara yang sejuk. Bening embun di dedaunan yang mengkristal bagai permata tersepuh cahaya matahari dipelataran rumah. Sesekali ku rasakan kesegaran udara pagi ini. Perlahan matahari mulai nampak dari ufuk timur. Sinarnya yang menghangatkan seluruh penduduk bumi. Aku yang baru saja selesai membantu Ummi memasak untuk persiapan jualan di Sekolah Dasar yang jaraknya tidak jauh dari tempat dimana aku dan keluargaku tinggal. Lalu segera ku langkahkan kedua kaki ku menuju kamar untuk menata diri dan siap-siap berangkat ke Kampus. Jarum jam dinding yang berada dikamarku sudah menunjukkan pukul 06.15 WIB. Setelah siap, kemudian aku pamit kepada Ummi.
“Ummi Ainut pamit yah.. Assalamu’alaikum..” Sambil salaman.
“Iyah hati-hati.. Wa’alaikumussalaam..” Ujar Ummi kepadaku.
“Iyah Ummi..” Aku tersenyum pada Ummi sambil berlalu dari hadapan Ummi.
Hari ini aku diantar oleh adik lelakiku dengan kendaraan roda dua. Aku diantar sampai Bunderan Simpang Cilegon. Kemudian sesampainya di sana aku langsung menyebrangi jalan menuju trotoar sambil menunggu angkutan umum berwarna biru muda arah Ciceri Kota Serang. Tak lama kemudian angkutan umum pun berhenti pas dihadapanku. Lalu aku memasuki angkutan umum tersebut dan ku lihat belum ada satupun penumpang. Setelah itu aku duduk dekat pintu sebelah kanan dari arah masuk.
“Punten, Mang ke Ciceri?” Tanyaku pada sopir sebelum masuk.
“Iyah Neng masuk.” Jawab sopir.
Kini angkutan umum pun mulai terisi oleh penumpang yang menunggu disetiap pinggiran jalan. Namun, aku hiraukan begitu saja. Segera aku alihkan pandanganku pada jalan raya yang ramai akan kendaraan, memperhatikan orang-orang berlalu lalang sibuk dengan aktivitas dan tujuannya masing-masing. Kemudian di pertengahan jalan rasa kantuk mulai menghinggapku. Sesekali aku menutup mataku untuk sedikit mengurangi rasa kantuk ini. Setelah itu perlahan ku buka kembali mataku dan ternyata sebentar lagi sampai. Para penumpang pun mulai berkurang.
“Lah? Aku penumpang pertama dan terakhir.” Lirihku dalam benak hati.
 “Sampai disini saja yah Neng!” Sahut sopir kepadaku.
“Di dekat lampu merah sih Mang.” Pintaku.
“Mau langsung puter balik lagi. Ngga papah yah..” Jawabnya.
“Hmmm.. yah sudah tidak apa-apa. Terima kasih Mang..” Ujarku.
Sebenarnya perkuliahan sedang libur. Meskipun begitu aku harus tetap semangat selama aku mampu untuk bisa sampai kesana. Aku yang baru saja turun dari angkutan umum. Lalu menyebrangi jalan. Lalu berjalan dengan gontai ke arah Kampus. Sesekali ku lihat jam yang tertera dalam ponselku. Aku ke Kampus dalam Acara Rihlah yang di adakan oleh UKM LDK Ummul Fikroh. Bahwa kami akan mengunjungi sebuah perkampungan. Sebelum itu, kami berkumpul terlebih dahulu di Halte depan Kampus IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten. Sesampainya di Halte ternyata baru beberapa orang saja yang sudah tiba. Lalu aku memberi salam kepada mereka. Kemudian kami saling berjabat tangan dan cipika cipiki. 
“Assalaamu’alaikum..” Sahutku pada mereka.
“Wa’alaikumussalaam..” Jawab mereka sambil tersenyum padaku.
“Teh Ainut..” Sambung salah seorang temanku.
Di depan Halte sudah ada angkutan umum berwarna hitam yang siap kami tumpangi. Setelah semuanya berkumpul kami pun siap-siap berangkat. Bahwa kami akan Rihlah mengunjungi Kampung Domba Cinyurup Pandeglang.
“Ayoo.. masuk mobil! Sudah mau berangkat nih..” Pinta Ibu Kader.
Kami pun memasuki mobil tersebut. Masing-masing dari mereka saling mengambil posisi duduk yang paling nyaman. Begitu pun halnya denganku. Aku duduk di posisi paling pojok. Entahlah! Kenapa aku ingin sekali duduk disana. Karena bagiku posisi itu paling nyaman. Selain bisa untuk bersandar juga bisa melihat semua teman-teman dalam satu mobil. Beberapa dari mereka malah saling berebut ingin duduk dekat pintu. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka. Selalu ada-ada saja. Namun, kami sudah seperti layaknya satu keluarga.
“Aku disinilah!” Ujar salah seorang temanku.
“Diihh.. sayanya dimana?” Jawab yang lain.
“Saya mah mau disini aja deket pintu. Biar adem kena angin.” Tegasnya.
“Dimana aja sayang semuanya sama, sama-sama duduk.” Sambungku.
“Hehe.. maunya deket pintu didalam mah panas.” Sahutnya.
“Didalam juga adem kok, dibuka aja jendelanya.” Jawabku.
Setelah semuanya sudah mendapatkan posisi duduk. Sopir kami segera melaju mengendarai mobilnya. Sebelum itu kami berdo’a terlebih dahulu. Supaya Allah selalu melindungi kami. Tiada tempat perlindungan yang lebih baik selain perlindungan Allah Swt. Maka dari itu berdo’alah memohon kepada-Nya. Niscaya Allah akan kabulkan. Insya Allah!
Tiba-tiba di seperempat perjalanan ada salah seorang teman kami yang mengingatkan bahwa ada satu teman kami yang menunggu di pinggiran jalan.
“Afwan, Ukh Yayah tolong smsin Ukhti Puput dong.” Pinta Rahmayanti.
 “Mana nomornya?” Jawab Ukhti Yayah.
“Sebenarnya tadi juga udah Ainut sms. Tapi belum ada balesan Rahma sayang.” Sambungku pada Rahma.
“Iyah tah sayang? Hehe..” Ujar Rahma.
“Mau sms apa Rahmanya? Yaudah coba Ainut sms lagi yah..” Kataku.
“Itu Ukh, jadi apa ngga nunggu di dekat jalannya gitu.” Pinta Rahma padaku.
Ternyata pas Aku mau kirim sms tidak ada jaringan. Akhirnya, Aku pinta Ukhti Yayah untuk menghubunginya. Tak lama kemudian ada balasan. Bahwa Ukhti Puput menunggu di Polres Baros. Sampailah kami di Polres Baros. Lalu Ukhti Puput pun gabung bersama kami dalam satu mobil.
“Mang tolong, nanti berhenti sebentar ada teman kami yang menunggu disana di Polres Baros.” Pintaku pada Mamang sopir.
“Iyah Mang..” Sambung yang lain.
Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan kami yang tertunda. Aku begitu menikmati perjalanan ini. Udara yang segar. Dan sesekali aku melihat keadaan di setiap sisi jalan melalui jendela mobil yang ku buka. Tak terasa kami pun telah sampai. Tapi bukan di tempat yang kami tuju. Untuk bisa sampai kesana kami harus berjalan. Karena mobilnya sangat tidak memungkinkan naik ke atas. Saat kami turun ada seorang Ibu yang menyapa.
“Mau kemana Neng?” Tanya seorang Ibu yang sambil menggendong anaknya.
“Ke Kampung Domba Ibu..” Jawab salah seorang diantara kami.
“Oh.. iyah masih ke atas Neng. Masih jauh, lumayan. Naik ke atas sana.” Sambil menunjukkan arah jalannya.
“Iyah Ibu.. terima kasih.” Sahutku.
Dalam perkiraanku perjalanannya tidak akan seperti ini. Ternyata perjalanan yang sangat luar biasa. Membutuhkan tenaga ekstra. Kami mulai menapaki jalan. Selama di perjalanan kami berfoto, duduk istirahat, dan berbagaimacam lainnya.
Tiba-tiba saja rasa lelah pun mulai menghampiriku. Kaki seperti ingin patah. Tubuh hampir tergulai lemas tanpa daya. Sesekali Aku menghela nafas berat. Setidaknya itulah yang tengah aku rasakan. Sejenak ku hentikan derap langkah kaki ku. Sudah setengah perjalanan aku berjalan. Ku coba atur setiap hembusan nafasku yang terengah-engah. Hampir saja aku ingin menyerah. Namun, terbesit api semangatku bahwa aku tak boleh lakukan itu. Ku yakinkan diri harus bisa.
“Aku harus bisa sampai kesana. Ya Allah.. kuatkanlah daya tahan tubuhku. Aku yakin diatas sana ada hadiah terindah untukku. Insya Allah..” Ucapku lirih dalam hati.
Kemudian aku mendapati dua arah jalan. Di sana terdapat papan petunjuk. Kutemukan salah satu nama yang tertera ‘Kampung Ternak Domba’. Mungkin itu, pikirku. Lalu aku memilih jalan sebelah kiri. Tanjakannya yang terjal. Dipinggiran jalan terdapat slogan yang menempel pada pohon ‘Ahlan wasahlan di Kampung Domba’. Ketika saat pertama aku sampai diatas merasakan ada desiran udara sejuk. Sebelum itu aku duduk pada bangku yang berada dibawah pohon milik penduduk yang berada disitu.
“Alhamdulillah.. akhirnya sampai juga. Dan.. SubhanaAllah.. pemandangan yang menenangkan bagi siapa saja yang memandangnya. Sungguh luar biasa karya-Mu Ya Allah.”
Sejenak ku merenung. Seketika aku terhentak oleh ayat yang tertera dalam surat cinta-Nya, Ar-Rahman. “Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?”. Pembukaan Rihlah pun dimulai. Lalu kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Setelah itu kami di beri arahan oleh salah seorang pemandu yang berada di peternakan domba. Kegiatan pertama yang kami lakukan ialah mengangkut rumput dan mengumpulkannya menjadi satu di terpal yang terhampar serta siap diisi lalu diangkut secara bersamaan.
Setelah selasai kami pun bersambung kepada penalian tanaman cabai yang sudah ditanam. Penataan tanamanannya sangat rapih dan terurus. Pemandu kami kembali menjelaskan bagaimana cara menali yang baik dan benar. Kami melakukannya dengan senang hati. Seusainya menali, kami foto bersama dan membuat video pendek.
“Ayoo.. kalau sudah selesai semuanya kumpul dan berbaris diantara barisan tanaman cabai. Kita foto bersama dan membuat video yah.” Sahut Ibu kader.
“Baiklah kalau begitu teh.” Ucap salah seorang diantara kami.
“Nanti kalian bilang, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. kami dari LDK Ummul Fikroh mengucapkan selamat datang di Kampung Domba. My trip my tafakkur. Allahu Akbar..” Sambung Ibu kader kembali.
Seruan adzan dzuhur pun berkumandang. Sejenak kami segera menghentikan aktivitas kami. Kini semuanya menunaikan kewajiban sebagai muslim, mendirikan shalat. Aku yang sedang berhalangan tidak shalat lalu duduk bersama Ukhti Syafiati Nurul Aini dan Ukhti Leli Saroh menunggu mereka yang shalat. Setelah shalat kami makan siang bersama. Kemudian kami diminta berkumpul di Aula tanpa atap yang berada disana untuk tilawah bersama. Waktu yang disediakan yakni 15 menit.
“Kita kumpul di Aula yah! Kita tilawah bersama untuk mengisi rohani kita.” Pinta Ibu Kader.
“Aula tanpa atap yah teh.” Sahutku sambil tersenyum pada Ibu kader.
“Iyah di Aula tanpa atap hehe..” Ujarnya.
Lima belas menit pun berlalu. Kemudian kami sambung pada kegiatan selanjutnya. Berkunjung ke kandang domba. Melihat bagaimana keadaan disana. Setelah merasa cukup. Kami berkumpul untuk acara penutupan Rihlah. Sebelum itu kami berfoto terlebih dahulu. Setelah selesai acara penutupan kami segera siap-siap pulang.
Tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Kami berteduh didepan rumah penduduk. Anginnya begitu kencang. Sehingga membuat jilbabku tersingkap. Segera kurapihkan. Sesekali ku lihat keadaan disekitar pohon jambu biji pun hampir roboh dan mobilan permainan yang ukurannya lumayan besar bisa ditumpangi satu atau dua orang anak kecil terbawa angin.
“Allahumma shoyyiban naafi’an..” Ucapku berdo’a ketika hujan turun.
Kami pun menunggu hujan reda. Setelah reda segera kami menapaki jalan pulang. Tak lama kemudian seruan adzan ashar berkumandang. Kami diminta untuk shalat terlebih dahulu. Aku dan Ukhti Eliyah menunggu mereka yang shalat sambil duduk di dalam mobil umum yang sudah menanti di pinggiran jalan.
“Alhamdulillah.. banyak hal dan pengetahuan yang aku dapatkan di Kampung Domba ini. Selain pemandangan dan udaranya yang mendamaikan. Acara Rihlah kali ini menyenangkan. Betapa indahnya merajut tali persaudaraan. Aku berharap pada Allah semata. Semoga Allah mempersatukan kita dalam bingkai Ukhuwah Islamiyah. Reuni bersama di surga-Nya Allah. Aamiin Allahumma Aamiin.” Ucap rasa syukurku dan harapanku.
Akhirnya kami semua sudah berkumpul dan memasuki mobil umum siap kembali kerumah.

Tamat
Namaku Ainut Tazkiyah. Aku duduk dibangku kuliah IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten. Fakultas Ushuluddin, dakwah dan adab. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islami. Memasuki semester dua. Insya Allah.
                                                                                               
                                                                                                Cilegon, 02 Februari 2016
                                                                                                            Annur Qolbiie

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates